Strategi Nasional Dalam Menghadapi Peristiwa
Madiun/PKI, DI/TII, G 30 S/PKI, Dan Konflik-Konflik Internal Lainnya
A.Peristiwa Madiun/Pki Dan Cara Yang Dilakukan Pemerintah
Dalam Penanggulangannya
Pemberontakan Pki Madiun yang
terjadi pada tahun 1948 merupakan pengkhianatan terhadap Bangsa Indonesia
ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali
kekuasaanya di Indonesia. Pemimpin pemberontakan ini antaranya adalah Amir
Samsyudin dan Musso. Amir Syamsudin membuat Front Demokrasi Rakyat (Fdr) pada
tanggal 28 Juni 1948 dan melakukan pemberontakan di Madiun. Sedangkan Musso
adalah tokoh Pki yang pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1926 lalu bergabung dengan Amir Syarifuddin.Kelompok
ini sering melakukan aksi-aksinya antra lain :
1. Melancarkan propaganda anti pemerintah
2. Mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para
buruh di perusahaan
3. Melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam
bentrokan senjata di Solo tanggal 2 Juli 1948, kemudian Divisi Liv yakni
Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh . pada tanggal 13 September 1948
tokoh pejuang 1945, Dr. Moewardi diculik dan dibunuh.
Pemberontak Pki di Madiun ini
bertujuan meruntuhkan pemerintahan Ri yang berdasarkan Proklamsi 17 Agustus
1945 yang akan diganti dengan pemerintahan yang berdasarkan paham komunis.
Dalam usaha mengatasi keadaan,
pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai gubernur militer daerah
istimewa Surakarta dan sekitarnya. Karena Panglima Besar Jendral Sudirman
sedang sakit maka pimpinan operasi penumpasan di serahkan kepada Kolonel A. H.
Nasution, panglima markas besar Komando Jawa (Mbkd).
Pada tanggal 30 September 1948
seluruh kota Madiun dapat direbut kembali oleh Tni. Musso yang melarikan diri
ke luar kota dapt di kejar dan ditembak tni. Sedangkan Amir Syarifuddin tertangkap
di hutan ngramb, grobogan, daerah puwandadi dan di hukum mati.
B.Peristiwa Di/Tii Dan Cara Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Dalam
Penanggulangannya
1. Pemberontakan Di/Tii di Jawa Barat
Pada tanggal 7 Agustus 1949 di
suatu desa di kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat), Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Ketika pasukan
Siliwangi berhijrah, gerombolan Di/Tii ini dapat leluasa melakukan gerakannya
dengan membakar rumah-rumah rakyat, membongkar rel kereta api. Menyiksa dan
merampok harta benda penduduk.
Usaha untuk menumpas
pemberontakan Di/Tii ini memerlukan waktu yang lama disebabkan oleeh
beberapa fakto, yaitu :
a. Medannya berupa daerah pegunungan-pegunungan
sehingga mendukung pasukan di/tii untuk bergrilya,
b. Pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan
leluasa di kalangan rakyat,
c. Pasukan Di/Tii mendapat bantuan dari beberapa
orang Belanda, antara lain pemilik-pemilik perkebunan dan para pendukung negara
Pasundan,
d. Suasana politik yang tidak stabil dan sikap
beberapa kalangan partai politik telah mempersulit usaha-usaha pemulihan
keamanan.
Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakat
melakukan operasi “Pagar Betis” dan opersi :Bratayudha.” Pada tangal 4 Juni
1962 S.M. Kartisuwiryo beserta para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan
Siliwangi dalam operasi “Bratayudha” di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa
Barat.
2. Pemberontakan Di/Tii di Jawa Tengah
Pemberontakan Di/Tii di Jawa
Tengah di bawah pimpinan Amir Fatah yang bergerak di daerah Brebes, Tegal, Dan
Pekalongan dan Moh. Mahfudh Abdul Rachman (Kiai Sumolangu). Pada bulan Januari
1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang disebut “Gerakan Banteng Negara”
(Gbn) di bawah Letnan Kolonel Sarbini (selnjut-nya di ganti letnan Kolonel M.
Bachrun dan kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani. Di daerah Kebumen muncul
pemberontakan yang merupakan bagian dari Di/Tii, yakni dilakukan oleh “Angkatan
Umat Islam (Aui)” yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal
sebagai “Romo Pusat” atau Kyai Somalangu. Pemberontakan Di/Tii juga terjadi di
daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung
dengan Di/Tii pada bulan Desember 1951.
3. Pemberontakan Di/Tii di Aceh
Gerombolan di/tii juga
melakukan pemberontakan di aceh yang dipimpin oleh Teuku Dau Beureuh. Pada
tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu mejabat sebagai gubernur
militer menyatakan bahwa Aceh erupakan Ri Negara Islam Indonesia di bawah
pimpinan S.M. Kartosuwirjo. Atas prakarsa kolonel M. Yasin, panglima daerah
militer i/ Inkandar Muda, pada tanggal 17-21 Desember 1962 diselenggarakan “
musyawarah kerukunan rakyat Aceh” yang mendapat dukungan tokoh-tokoh masyarakat
Aceh sehingga pemberontakan Di/Tii di Aceh dapat dipadamkan.
4. Pemberontakan di/tii di sulawesi selatan
Di Sulawesi Selatan juga
timbul pemberontakan Di/Tii yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada tanggal 17
Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan
melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat. Pada bulan Februari 1965
Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan sitembak mati sehingga Di/Tii di Sulawesi
Selatan dipadamkan.
5. Pemberontakan Di/Tii di Kalimantan Selatan
Pada bulan Oktober 1950 Di/Tii
juga melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu
Hajar. Pemerintah mengerahkan pasukan Tni sehingga pada akhir tahun 1959 Ibnu
Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dimusnahkan
C.Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial, Dan Budaya
Sebelum Terjadinya Peristiwa G 30 S/Pki
Pada masa demokrasi terpimpin kondisi ekonomi
sangat memprihatinkan hingga muncul krisis ekonomi nasional. Kondisi politik
dan ekonomi yang semakin tegang bersampak pada sosial budaya masyarakat. Pki
dan para pendukungnya yang semakin mendapat pengaruh sering mengancam dan
melakukan tindak kekerasan lainnya. Pengaruh pki yang sangat besar dalam
bidang politik berdampak luas terhadap kebijakan pemerintah di semua bidang.
D.Pemberontakan G 30 S/Pki Dan Cara Penumpasannya
Prinsip Nasakom yang dilaksanakan pada waktu itu
memberi kesempatan kepada Pki dan organisasi pengukungnya untuk memperluas
pengaruhnya. Sebelum melakukan pemberontakan, Pki melakukan berbagai cara agar
mendapat dukungan yang luas di antaranya sebagai berikut :
1. Pki menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan
nasib rakyat serta berjanji akan menaikan gajih upah buruh, pembagian tanah
dengan adil, dan sebagainya.
2. Pada akhir tahun 1963 Pki melakukan “Aksi
Sepihak” terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera Utara.
3. Pki juga mencari pendukung dari berbagai
kalangan mulai dari para petani, buruh kecil, pegawai rendahan baik sipil
maupun militer, seniamn, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan
para perwiara abri.
4. Pengaruh Pki yang besar dalam bidang politik
sehingga memengaruhi terhadap kebijakan pemerintah.
5. Memasuki tahun 1965 Pki melempar desas-desus
adanya “Dewan Jendral” dari dalam tubuh angkatan darat.
30
September 1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, terjadinya penculikan
dan
pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan
oleh
sekelompok militer yang menamakan dirinya sebagai Gerakan 30 September.
Aksi
ini di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon I
Cakrabirawa.
Para pimpinan TNI AD yang diculik dan dibunuh oleh kelompok
G 30
S/ PKI tersebut adalah sebagai berikut.
a. Letnan Jenderal Ahmad
Yani.
b. Mayor Jenderal R.
Suprapto.
c. Mayor Jenderal Haryono
MT.
d. Mayor Jenderal S.
Parman.
e. Brigadir Jenderal DI.
Panjaitan.
f. Brigadir Jenderal
Sutoyo Siswomiharjo.
g. Letnan
Satu Pierre Andreas Tendean.
Peristiwa
pembunuhan oleh G 30 S/ PKI yang terjadi di Yogyakarta mengakibatkan gugurnya dua orang perwira TNI
AD yakni Kolonel Katamso Dharmokusumo
dan Letnan Kolonel Sugiyono. Pada
hari Jum’at pagi tanggal 1 Oktober 1965 “Gerakan 30 September “ telah menguasai dua buah sarana komunikasi vital,
yakni studio RRI Pusat di Jalan Merdeka Barat, Jakarta dan Kantor PN Telekomunikasi di Jalan
Merdeka Selatan.
Dengan
menghimpun pasukan lain termasuk Divisi
Siliwangi,
dan Resimen Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD)
di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edi Wibowo,
panglima
Kostrad mulai memimpin operasi penumpasan
terhadap
Gerakan 30 September. Tindakan-tindakan yang
dilakukan
dalam operasi ini sebagai berikut.
(
1) Pada tanggal 1 Oktober 1965 operasi untuk merebut kembali RRI dan Kantor Telkomunikasi sekitar
pukul 19.00.
Dalam sekitar waktu 20 menit operasi ini berhasil tanpa hambatan. Selanjutnya Mayor Jenderal Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat mengumumkan lewat RRI yang isinya sebagai
berikut.
(a) Adanya usaha usaha perebutan kekuasaan oleh yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.
(b) Telah diculiknya enam tinggi Angkatan Darat.
(c) Presiden dan Menko Hankam/Kasab dalam keadaan aman dan
sehat.
(d) Kepada rakyat dianjurkan untuk tetap tenang dan
waspada.
(
2) Menjelang sore hari pada tanggal 2 Oktober 1965
pukul 06.10 operasi yang dilakukan
oleh RPKAD
yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo dan Batalyon 328 Para Kujang. Operasi ini berhasil
menguasai beberapa tempat
penting dapat mengambil alih beberapa daerah termasuk daerah sekitar bandar udara Halim Perdanakusumah
yang menjadi pusat kegiatan Gerakan
30 September.
(
3) Dalam operasi pembersihan di kampung Lubang
Buaya pada tanggal 3 Oktober 1965,
atas petunjuk seorang anggota polisi, Ajun Brigadir Polisi Sukitman diketemukan sebuah sumur tua tempat jenazah
para perwira Angkatan Darat dikuburkan.
Mereka yang menjadi korban kebiadaban PKI tersebut mendapat penghargaan sebagai pahlawan revolusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar