Kamis, 19 Februari 2015

Bentuk-Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang



Bentuk-Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang
Menghadapi keadaan yang serba sulit maka para pemimpin bangsa Indonesia berjuang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi. Adapun bentuk perlawanan terhadap Jepang adalah sebagai berikut :

1.       Perjuangan Melalui Organisasi Bikinan Jepang.
a.       Memanfaatkan Gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
Gerakan ini dibentuk pada tanggal 1 Maret 1943. Tujuan Jepang membentuk PUTERA adalah agar kaum nasionalis dan intelektual menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan Jepang. Namun oleh para pemimpin Indonesia, PUTERA justru dimanfaatkan untuk membela rakyat dari kekejaman Jepang serta menggembleng mental dan semangat nasionalisme. Jepang memandang PUTERA lebih bermanfaat bagi kaum Indonesia, maka pada bulan April 1944, PUTERA dibubarkan oleh Jepang.

b.      Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai)
Barisan Pelopor (Syuisyintai) dimanfaatkan oleh para kamun nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya.

c.       Memanfatkan Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat)
Badan ini dibentuk pada tanggal 5 September 1943. Para pemimpin Indonesia melalui Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan.

2.       Perjuangan Melalui Organisasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Organisasi ini didirikan pada tanggal 21 September 1937. Organisasi ini dibentuk atas inisiatif kaum muslim dan perhatiannya banyak tertuju pada masalah politik dan akan menolak segala bentuk kolonisasi.Pada masa pendudukan Jepang, MIAI merupakan satu-satunya organisasi yang boleh berdiri. MIAI memanfaatkan kondisi ini untuk lebih mengembangkan organisasi keagamaan yang ada. Tetapi setelah jepang mencurugai bahwa MIAI dimanfaatkan untuk perjuangan bangsa Indonesia, akhirnya MIAI dibubarkan pada oktober 1943 seperti halnya organisai-organisaai lainnya. Sebagai gantinya, Jepang membentuk Majelis Syuro Musolim Indonesia (masyumi).
3.       Perjuangan Melalui Gerakan Bawah Tanah
Beberapa contoh perjuangan bawah tanah antara lain sebagai berikut :
  • Kelompok Sutan Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.
  • Kelompok Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).
  • Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
  • Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya melakukn proklamasi.

4.       Perjuangan Melalui Perlawanan Bersenjata
Perlawanan senjata yang dilakukan oleh rayat diberbagai daerah, yaitu :
a.      Perlawanan rakyat di Cot Pleing (10 November 1942)
dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng, Lhokseumawe.
b.      Perlawanan rakyat di Pontianak (16 November 1943)
c.       Perlawanan rakyat di Sukamaneh, Singaparna, Jawa Barat (25 Februari 1944)
d.      Perlawanan rakyat di Cidempet, kecamatan Lohbener, Indramayu (30 Juni 1944)
e.      Perlawanan rakyat di Irian Jaya.
Perlawanan terjadi dibeberapa daerah di Irian Jaya, yaitu :
·         Perlawanan rakyat di Biak (1944)
·         Perlawanan rakyat di Pulau Yapen Selatan
·         Perlawanan rakyat di Tanah Besar, daratan Irian (Papua)

5.       Perlawanan Bersenjata yang dilakukan PETA
Perlawanan bersenjata dilakukan oleh pasukan PETA di berbagai daerah, yaitu :
a.      Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan diluar batas peri kemanusiaan.
b.     Perlawanan PETA di Meureudu, Aceh (November 1944)
dipimpin oleh Perwira Gyugun T. Hamid. Latar Belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.
c.      Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap ( April 1945)
dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama rekan – rekannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar